Berawal
dari obrolan via grup...cerita bermula dari cerita – cerita tentang ikhwan,
akhwat dan lamaran...tentang kegemaran kami bahkan sampai kekaguman kami sama
makhluk yang namanya ikhwan.
Tak
ada nama ikhwan yang tersebut, karena kami tidak membicarakan spesifik si A
atau si b...tapi sikap ikhwan secara keseluruhan.
Kami
menyadari, sangat naif kiranya apabila kami menganggap dan berharap ikhwan menjadi sosok sempurna tanpa
cela, karena memang tidak akan bisa seperti itu.....karena ikhwan juga manusia
sama seperti akhwat. Dan manusia adalah tempatnya salah dan khilaf.
Ya
keberanian....keberanian untuk maju melamar, keberanian untuk menghadap orang
tua si akhwat ketika sudah ada rasa di hati.
Keberanian
untuk menghadap langsung, tak melalui kode – kode yang bisa membuat salah kira.
Ya....kami
bukanlah tipikal akhwat yang berani maju melamar duluan, walaupun tak ada
larangan, karena hal itu pernah dicontohkan oleh ibunda Khadijah.
Karena kami juga masih “terkukung”
oleh budaya timur, dimana posisi kami sebagai akhwat adalah menunggu.
Ya
ikhwan...pekerjaan sudah kalian punya, ilmu sudah kalian pelajari, lalu apakah
yang menghalangi kalian untuk maju melamar?
Mungkin
masih ada ketakutan di diri...takut di tolak, takut tak bisa menghidupi, takut
tak sesuai, dan berjuta ketakutan ketakutan lain.
Ya...mungkin
kami pun para akhwat harus berbenah, harus intropeksi diri.
mungkin
saja ketakutan ikhwan untuk maju melamar di karenakan sikap kami *apapun
bentuknya*.
Wallahualam bi showab
0 komentar:
Posting Komentar