Rabu, 25 Mei 2011

Masyallah.......


Masyallah......berlumur dosa diri ini
Sepertinya tak layak untuk tinggal di duniaMu ya Allah
Tapi dimana lagi kah hamba dapat tinggal kalau bukan di duniaMu
Engkau lah yg mengijinkan hamba sampai hari ini untuk dapat menghirup udaraMu dengan bebas
Dapat melakukan apapun di dunia ini.
Sering sekali melupakan bahwa Engkau mengawasi
Lebih sering takut dengan pengawasan makhluk
Tapi lalai dan lupa kalau Engkau mengawasi
Bahkan di saat yg lain tak mengawasi.
Sering kali bersikap seperti diri tak punya salah
Sering merasa yang paling benar
Tapi ternyata kalau di perhatikan, waaaaaaaah jauh sekali dr sholeh/ah
Tilawah berantakan, dhuha mikir2, tahajud males, sedekah ngaku gak ada uang
Naudzubillahi min dzalik....
Ampuni  hamba ya Allah
Atas dosa2 yg sengaja hamba lakukan
Atas kewajiban2 yg lalai hamba tunaikan
Atas ujub dan sombong diri hamba
Atas lintasan2 negatif tentang saudara


ada mitos....monggo dibuktikan :)


Ada mitos, kalau menikah, maka kebebasan akan berkurang. Tak heran, bila memasuki gerbang pernikahan, maka banyak orang yang dilanda rasa takut, bahkan diserang rasa ragu pada keputusannya. Padahal, menurut survei, menikah itu lebih banyak enaknya, lho. Apa saja keuntungan menikah? Ini dia jawabannya:
1. Pendapatan meningkat Studi yang dilakukan tim dari Virginia Commonwealth University menunjukkan, penghasilan pria yang sudah menikah rata-rata meningkat 22 persen dibanding ketika masa lajang. Peningkatan ini bisa berasal dari gabungan dengan gaji istri atau sumber tunjangan keluarga yang dikeluarkan perusahaan.
2. Mempercepat promosi Pria yang sudah menikah mendapatkan kenaikan level dan juga promosi yang lebih cepat dibanding rekan kerja mereka yang masih lajang. Hal tersebut menurut survei yang dilakukan di Amerika tahun 2005 terhadap para pekerja di sana.
3. Jauh dari masalah Menurut data Departemen Hukum AS, para pelaku kriminal atau kekerasan di sana mayoritas adalah pria lajang.
4. Bercinta lebih sering Survei yang dilakukan peneliti di Inggris tahun 2006 terhadap responden pria dan wanita di 38 negara menunjukkan, orang yang menikah lebih sering bercinta dan juga lebih puas.
5. Memperkecil risiko kanker Dalam survei yang dilakukan di Norwegia, pria yang bercerai atau belum pernah menikah memiliki risiko kematian lebih tinggi, hingga 16 persen dibanding rekan yang menikah.
6. Panjang umur Studi para peneliti dari UCLA menunjukkan, orang yang memiliki tingkat kesehatan prima relatif lebih panjang usia selama 8 tahun periode studi dibanding yang masih lajang

sadar q....


Ketika aq meminta sesuatu, dan belum/ tidak di kabulkan oleh Allah
Aq yakin Allah sedang mengajari q untuk Bersabar dan Bersyukur
Ketika aq meminta sesuatu, dan Allah berikan yang lain
Aq yakin Allah sedang mengajari q untuk Ikhlas
Tak mudah memang.......
Tapi itulah ujiannya
Melawan ego....melawan hawa nafsu
Aq hanya yakin yang paling tahu yang terbaik buat q adalah Allah.
Mungkin tak sesuai dengan harapan q....mungkin tak sesuai ingin q
Tapi pasti sesuai dengan kebutuhan q
Ketika Allah memberi q ujian....Allah  mengajari q untuk tegar
Ketika Allah memberi q kebahagiaan.....Allah mengajari q untuk bersyukur.

Kamis, 12 Mei 2011

sudahkah kita TARBIYAH??


Tulisan ini di ambil dari buku ‘SUDAHKAH KITA TARBIYAH?” karangan Eko Novianto
Semoga bisa jadi bahan perenungan dan intropeksi diri buat saya, anda, dan kita semua.....

Dunia dakwah merupakan dunia kompetisi. Hanya mereka yang terbedayakan yang akan senantiasa siap memikul beban dakwah. Beban dakwah hanya sanggup dipikul oleh mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu. Tim dakwah membutuhkan tim yang cerdas, qawi, matin, dan bertanggung jawab. Karakter tersebut hanya didapatkan dengan cara tarbiyah. Tarbiyah yang dijalani memiliki kesempatan untuk memperbaiki, mengembangkan, dan mengukuhkan kita. Artinya kita memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Namun sudah kah kita tarbiyah???
Kegagalan tarbiyah bisa terjadi ketika proses tarbiyah sedang dilakukan, tetapi juga dapat terjadi di awal proses. Kesalahan presepsi tentang tarbiyah memberi andil besar dalam membelokkan substansi tarbiyah sejak awal.
5 kesalahan persepsi tentang tarbiyah :
                              1.            Tarbiyah hanya di pandang semata – mata sebagai transfer materi.
                              2.            Persepsi bahwa murabbi adalah segala – galanya bagi mad’u.
                              3.            Tarbiyah dianggap sebagai proses indoktrinasi dan dominasi.
                              4.            Sistematika dan metodologi tarbiyah di persepsikan sebagai hal yang baku.
                              5.            Kecendrungan untuk melakukan kloning murabbi.
SUDAHKAH KITA TARBIYAH???
Benarkah kita telah tarbiyah hanya karena kita telah memiliki murabbi, atau karena kita telah memiliki liqa’ pekanan, atau karena kita telah mendapatkan materi yang berkelanjutan????
Tentu saja tidak!!! Tidak cukup dengan hal – hal di atas lalu kita beranggapan kita sudah tarbiyah.
Kita sudah tarbiyah jika kita..:
       ©            Kita sudah tarbiyah jika kita terbuka terhadap perubahan.
Perubahan dipercaya banyak orang sebagai sebuah keniscayaan. Bahkan, perubahan diyakini sebagai sesuatu yang tetap didunia ini. Oleh karena itu, sikap terbuka dan kemampuan beradaptasi menjadi syarat utama seorang kader dakwah. Seperti ulat, insan – insan produk tarbiyah bagaikan makhluk yang selalu melakukan metamorfosis menuju kondisi yang lebih baik. Ulat tarbiyah rela meninggalkan lezatnya dedaunan untuk sebuah masa depan. Demikianlah, ketika masa kepompong berakhir, ulat tarbiyah juga segera merobek kantung tidurnya dan terbang tinggi ketika saat untuk terbang telah tiba. Hangatnya kantung kepompong dengan segera mereka tinggalkan. Efektivitas tarbiyah patut kita pertanyakan ketika kita menganggap diri kita telah purna atau setidaknya merasakan keletihan dalam berubah.

       ©            Kita sudah terbiyah jika mampu bersikap tegas dan menghindarkan diri dari sikap agresif.
Menjadi insan yang tegas tidak harus menumbuhkan agresivitas. Menolak praktik syirik, menolak kemaksiatan, mempertahankan strategi dakwah, menjelaskan tujuan dakwah, dan menegakkan disiplin memang membutuhkan ketegasan, tetapi tidak membutuhkan agresivitas. Produk dari tarbiyah adalah insan yang tegas dalam prinsip, memiliki determinasi yang tinggi, sabar dan ulet, serta tidak dapat di provokasi untuk melakukan tindakan – tindakan kontraproduktif.
       ©            Kita sudah tarbiyah jika kita sudah menjadi pribadi yang proaktif.
Kita tarbiyah ketika proaktif dalam hal – hal yang bermanfaat. Penanggung jawab proses pemberdayaan adalah pendidik dan memang tidak dapat digeser kepada pihak lain. Sebuah kemanfaatan mesti kita upayakan dengan sungguh – sungguh. Hanya mengonsumsi wasilah yang direkomendasikan dalam suasana kompetisi yang demikian tinggi adalah sikap pasif yang pada gilirannya akan merugikan praktisi tarbiyah. Rekomendasi memang diperlukan dan syura memang harus dilakukan, tetapi kedua hal tersebut bukan alasan untuk tidak proaktif. Justru syura akan dinamis dan rekomendasi akan bervariasi jika peserta syura melakukannya dengan proaktif.
       ©            Kita sudah tarbiyah jika menjadi pribadi yang memiliki sikap mawas diri.
Kita tarbiyah ketika tidak mudah menyalahkan orang lain. Bahkan sebaliknya, di lembaga tarbiyahlah kita mengembangkan sikap mawas diri. Karena, komunitas tarbiyah adalah komunitas manusia dengan segenap keunggulan dan sekaligus kelemahannya. Interaksi kemanusiaan ini memang potensial menonjolkan kelemahan orang lain dan menyembunyikan kelemahan diri. Tarbiyah mengantarkan seseorang untuk sadar akan pentingnya berinstitusi atau berjamaah dalam menegakkan agama. Sebuah kesadaran bahwa tulang punggung dan pundaknya tidak akan mampu/ kuasa menanggung beratnya beban dakwah ini seorang diri. Namun, kesadaran ini juga mesti diikuti dengan kesadaran bahwa sebuah jamaah atau institusi dakwah apapun adalah institusi manusia dengan segenap kemanusiaannya. Ada keunggulan di sana, ada kecerdasan, ada kehebatan, tetapi juga berserak kealpaan, keteledoran, ego dan juga kepentingan individual. Tarbiyah menjadikan seseorang memiliki kesadaran bahwa berjamaah atau berorganisasi tetaplah lebih baik daripada sendiri dengan kelemahan dan keunggulan pribadai.
       ©            Kita sudah tarbiyah jika menjadi pribadi yang mandiri.
Tarbiyah menjadikan kita menjadi insan yang mandiri, bukan manusia yang bergantung pada orang lain. Fakta empiris menyajikan data bahwa para pahlawan kita memiliki jiwa merdeka yang membangkitkan energi besar dalam perjuangannya. Muhammad saw. Adalah sosok yang mandiri dan merdeka, jauh dari intervensi siapapun.
       ©            Kita sudah tarbiyah jika kita adalah sosok yang berperasaan, tetapi tidak emosional.
Tarbiyah menjadikan hati kita hidup tanpa terjebak dalam sikap emosional. Kita juga siap menghadapi ujian dan tidak cengeng menghadapi ujian, serta tidak mudah terpukul oleh sebuah kegagalan.
       ©            Kita sudah tarbiyah jika kita sanggup belajar dari kesalahan.
Manusia tertarbiyah tidak lepas dari kesalahan, ia tetaplah manusia yang mungkin salah, justru penyikapan seseorang terhadap kesalahan yang dilakukannya itulah yang menjadi indikasi apakah ia tarbiyah atau tidak. Seseorang yang tertabiyah adalah orang yang akan menjadikan kesalahan yang dilakukannya sebagai salah satu cara untuk belajar. Terpukul dan sakit adalah hal yang wajar ketika seseorang melakukan kesalahan. Hal yang tidak wajar adalah perasaan sakitnya membunuh kemampuan belajarnya. Kita sudah tarbiyah jika kita adalah manusia yang menghadapi segala sesuatu di masa depan. Menghadapi sesuatu di masa depan pasca kesalahan memang tidak sederhana. Krisis kepercayaan diri, berkurangnya kepercayaan dari lingkungan, dan ketakutan adalah hal – hal yang traumatis dan tidak mudah untuk menghadapinya.
       ©            Kita sudah tarbiyah jika hidup di masa sekarang, bersikap realistis, dan berpikir relatif.
Kita tarbiyah ketika kita mampu bersikap realistis, berpikir secara relatif, dan tidak mutlak – mutlakan, serta memilki kepercayaan yang tinggi. Dunia kita ini tidak hitam putih, tidak ada sosok oknum maupun institusi yang serba putih. Oleh karena itu, yang dibutuhkan dunia adalah pribadi yang mampu berpikir realistis dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan konsep atau idealismenya di dunia ini. Oleh karena itulah mengapa ditargetkan agar tarbiyah menghasilkan da’i bukan hakim.
MAKA, SUDAHKAH KITA TARBIYAH????
 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates