Kamis, 26 Januari 2012

Tentang kita...Wanita


Moeflich Hasbullah


“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang shaleh.” (Rasulullah SAW)
“Segala sesuatu ada penegurnya, dan penegur hati adalah rasa malu!” (Rasulullah SAW)
“Perempuan membuka auratnya dalam kehidupan sosial adalah salah satu sumber kerusakan moral seksual manusia modern, termasuk dalam masyarakat Muslim.” (Dina Karidha Gusti)
Mengapa perempuan Muslim harus menutup auratnya? Wajib sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi? Dan kalau tidak melaksanakan berdosa? Benar, tapi mari kita kesampingkanlah dululah alasan perintah ini. Kita semua mafhum, melaksanakan sesuatu karena dasarnya wajib atau perintah menunjukkan kesadaran diri yang rendah. Mari kita mendasarkan pada kesadaran diri saja, mari memahami ini dengan akal sehat saja. Akal sehat tidak pernah bertentangan dengan agama. Bila kata akal sehat saja harus, maka benarlah perintah agama, pantaslah Allah dan Rasul-Nya memerintahkannya. Kesadaran seperti ini akan lebih kuat menancap dalam hati dibandingkan yang dasarnya karena perintah.
Kita akan lebih kuat melaksanakan sesuatu bila sudah sadar bahwa itu memang keharusan. Seorang anak akan rajin belajar dengan sendirinya bila menyadari bahwa belajar itu penting karena akan menentukan masa depannya sendiri, tanpa harus disuruh-suruh. Seorang perempun Muslim yang sudah menutup aurat dengan benar dan konsisten itu karena ada kesadaran dalam dirinya. Sementara yang belum juga karena belum adanya kesadaran dalam dirinya. Bila diri belum sadar, walaupun ceramah didengarkan setiap hari, walaupun ayat Al-Qur’an dibacakan ratusan kali, tetap saja seseorang tidak akan tergerak melaksanakan sebuah keharusan. Mungkin sebenarnya semua perempuan Muslim sudah tahu bahwa menutup aurat sesungguhnya adalah persoalan memuliakan harga diri perempuan. Dalam Islam, perempuan itu makhluk yang mulia dan dimuliakan. Dengan menutup aurat, agama bermaksud menjaga harga diri dan kehormatannya.

Rabu, 25 Januari 2012

2012


Resolusi 2012
Resolusi tahun 2012 (walaupun telat beberapa minggu). Ntah di tahun ini saya menggenapkan setengah dien atau tahun ini waktunya saya “pulang” atau bahkan mungkin keduanya. Maka harus ada hal – hal yang saya persiapkan untuk menjemput kedua hal tersebut :
Pertama adalah untuk persiapan penggenapan setengah dien : Persiapan ruhiyah (ya iya lah kudu, wajib, harus, have to, must be :D), memperbaiki akhlah sebaik – baiknya, memperbanyak dan memperdalam ilmu (baik ilmu Rumah tangga, dakwah, agama, dll), memperbaiki amal yaumi yang agak – agak berantakan (lemah di shaum sunnah dan hafalan *blushing* à azzamkan kuat2 dlm hati), berikhtiar sebaik mungkin yang tidak melanggar apa yang tidak diperbolehkan (bahkan mungkin sbg salah 1 bentuk ikhtiar...maju duluan {oooooohhhh beranikah???hmmmm berat kayaknya :D}), lebih sering masak di rumah (gak pinter masak, walau bisa sdkt2) ß nah itu persiapan untuk menyambut pernikahan.
Kedua adalah persiapan untuk menyambut kematian : memperbaiki dan meningkatkan hubungan dengan Allah dan orang – orang di sekitar kita (simple words but not simple thing)...fighting!!!!
Intinya sama ya untuk kedua hal di atas, sama – sama memperbaiki ruhiyah dan menjaga amal yaumi...menjauhkan diri dari kemaksiatan (sekecil apapun itu). Karena kemaren ketika mengikuti acara, ustadz Salim A. Fillah mengatakan bahwa “Keimanan tak akan bertambah pada orang yang melakukan maksiat”...
semoga diri ini dapat menjadi pribadi yang tangguh, kader dakwah yang militan yang tak manja dan tak cengeng, walaupun karakter dasarnya seperti itu :D.
Wallahualam bi showab.

Rabu, 11 Januari 2012

Catatan Hati Orang Tua


“ Anak
Akan gagal menjadi orang besar
Bila kala kecil tak ada orang
Yang menyambungkan
Kabel- kabel kecerdasannya
Dengan cinta tanpa SYARAT “

Anakku……..buah hatiku……….harapan jiwaku………….
WAHAI……...orang yang dengan keberadaanmu, aku menjadi seorang ibu………. kami menjadi orangtua………….ini merupakan sebuah kebanggaan. Wahai , janin yang berada dikandunganku, karenamu, aku mengetahui keindahan rahasia penciptaan. Yaa….mengandungnya, melahirkannya dan mendidiknya, tetapi aku senang dan ridho. Kelelahanku adalah kelelahan yang membahagiakan.
WAHAI…………orang yang keberadaannya menambahkan ikatan baru yang indah bersama suamiku, sehingga mempererat hubungan kami. Makna dari keberadaan keluargaku merupakan jaminan untuk keberlangsunganku.
Anakku …engkau sangat berharga bagiku, aku rela berkorban untukmu, semenjak engkau tercipta karena dorongan naluri cinta. Karena keberadaanmu, aku bisa belajar bagaimana mencintai meskipun dalam keadaan sulit
Karena keberadaanmu, aku belajar tentang keindahan bersabar………menerima dirimu apa adanya………memberimu  perhatian dengan tulus……………dan mencintaimu tanpa syarat apapun…………
Buah hatiku, mutiara hatiku…sekarang kamu merupakan bagian dari diriku………diri kami ayah dan ibumu…………..kami berjanji sayang, untuk menjadi orangtua teladan bagimu. Harapan kami…..semoga  ALLAH SWT menjadikanmu anak yang sholeh, menjadikan agama dan AL Qur’an mulia di tanganmu, memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepadamu………serta memberikanmu keberkahan dan keridhoan atas segala yang engkau kerjakan nak………….
Salam Sayang dari kami
Ayah dan Ibu

kematian...


Kematian itu sungguh dekat, bahkan sering kita dengar...kematian itu lebih dekat dari urat leher kita. Padahal urat leher saja sudah begitu dekat. Namun, kita sering lupa kalau ternyata kematian itu dekat, mengintai kita setiap saat.
Kembali mengingat kematian setelah 2 hari kemarin jadi Panitia Training The 7 Islamic Daily Habit, dan kembali disinggung soal kematian...trus pas pulang ke rumah di kasih kabar kematian pembalap Marco Simoncelli saat balapan baru melewati dua lap....dan malamnya setelah liat twitter baru tahu bahwa di Turki terjadi gempa yang menyebabkan 1000 orang meninggal dunia.
Masyallah, diingatkan kembali  bahwa kematian akan datang tanpa permisi, gak pake ketuk pintu dulu dan mengucapkan salam. Jadi kita sebagai manusia emang gak pernah tahu kapan maut itu menjemput dan kita harus dan mau gak mau harus balik ke tempat abadi kita. Naaaah, karena kita gak tahu kapan maut menjemput, maka tugas kita adalah menyiapkan diri agar siap saat maut menjemput...dan semoga ketika maut memnjemput, kita sedang dalam keadaan sebaik – baik iman.
Wallahualam bi showab...

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates