Rabu, 21 September 2011

Keinginan anak VS budaya timur VS keinginan orang tua


Ada alasan kenapa saya menulis tentang judul di atas. Ini terjadi karena melihat kasus2 (fenomena) yang terjadi di sekililing saya, bahkan terjadi pada diri saya sendiri. Tapi mungkin ada yang terasa janggal disitu, biasanya kan Cuma keinginan anak VS keinginan orang tua, lalu kenapa saya tambahkan VS budaya timur antara mereka (alah bahasanya :P)
Oke, semua orang pasti pernah jadi anak (walaupun belum semuanya menjadi orang tua), nah biasanya anak – anak itu dianggap gak boleh punya keinginan (biasanya rentang usia dr lahir – baligh,bahkan beberapa orang tua sampai dewasa dan akan menikah). Lebih tepatnya mungkin, anak – anak dianggap belum punya keinginan, tapi sebenarnya tw gak sih, bahkan dari bayi pun setiap anak tuh udah punya keinginan. Masalahnya adalah seringkali keinginan anak – anak dianggap gak berarti sama orang tua. Bukan dalam artian orang tua gak sayang sama anak, Cuma biasanya orang tua menganggap anak belum saatnya punya keinginan.
Nah yang sering terjadi adalah orag tua menjadikan anak2nya sebagai “boneka” yang bisa di set sesuai dengan keinginan orang tua. Cita – cita orang tua jadi “kewajiban”/”keharusan” buat anak, walaupun mungkin (hampir semua) anak punya cita2 sendiri. Contohnya : dulu si ibu pengen jadi dokter tapi karena beberapa alasan si ibu gak bisa kuliah di kedokteran, jadilahnya ketika si ibu punya anak, cita – citanya di “paksakan” ke anaknya...syukur – syukur kalau cita2 anaknya memang pengen jadi dokter. Kan kasian kalau anaknya gak minat di kedokteran.
Trus karena bebenturan dengan budaya timur dimana anak di wajibkan harus menghormati (ini sih bener) orang tua, anak juga dituntut untuk menuruti apapun keinginan orang tua. Ya contohnya seperti di atas td, kalau si anak gak nuruti karena si anak sebenarnya udah punya cita – cita sendiri maka dianggaplah sang anak sebagai anak durhaka. Dan juga karena budaya kita yang jarang (sekali) memberikan kepercayaan kepada anak dan kultur orang sini yang agak telat dewasa, jadilah si anak tidak bisa bebas menentukan pilihannya sebelum si anak bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri.
dan hal ini terjadi pada diri saya...dari saya kecil hingga sekarang saya dewasa. Benturan antara keinginan saya dan keinginan orang tua sangat sering terjadi dan berakibat pada perang dingin (walaupun tak lama). Tapi ya karena takut dibilang anak durhaka trus ntar orang tua gak ridho, jadi lah akhirnya tetep manut alias nurut aja...walaupun sebenarnya kalau boleh jujur, nyesek banget.
Tapi ya itulah, kalau hal itu hanya kita lihat dari sisi negatif saja...maka sulit sekali kita untuk merasakan bahagia. Kalau saya selama ini berusaha untuk berdamai dengan keadaan,walaupun jujur gak mudah...kadang harus curhat dengan sahabat sampe berderai air mata hanya biar dada terasa plong. Ini juga jadi pelajaran buat kita (khususnya) saya secara pribadi agar gimana jadi orang tua. Bukan berarti nantinya kita akan menjadi orang tua yang sangat memberikan kebebasan pada anak hingga terkesan tidak perduli, melainkan belajar bagaimana nantinya kita dapat berdiskusi dengan anak tentang keinginan kita sebagai orang tua dengan keinginan anak.
Wallahualam bi showab.....

2 komentar:

  1. sekilas baca twit teman waktu itu, ortu ingin anaknya begini begitu pastilah dengan harapan anaknya kelak jadi insan yang lebih baik dari mereka. Lebih sholeh/sholehah, lebih bijaksana, lebih berwibawa, lebih kaya, lebih yang oke2 deh :D

    begitulah..

    BalasHapus
  2. yups....kalau ortunya sholeh/ah insyallah harapannya pasti ke situ din. tapi kan ada (banyak bahkan) ortu yang otoriter ma anaknya...wallahualam bi showab. semoga ketika nanti kita menjadi ortu, kita bisa menjadi orang terdekat anak, jadi anak percaya sama ortunya aamiin...

    BalasHapus

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates