Mengapa
P.K.S ?
Mengapa
saya memilih bergabung di PKS? Tidak bisa di pungkiri, pertemanan sedikit
banyak akan sangat mempengaruhi pendapat dan pilihan kita akan sesuatu.
Awalnya
saya juga gak mau tuh mau tau soal – soal politik. Tapi, setelah ikut kajian
kajian yang membahas soal keIslaman. Menyadari bahwa, Islam itu menyeluruh,
semua hal ada panduannya, bahkan untuk yang remeh sekalipun. Jadi, kita ndak
bisa Cuma ngambil sebagian, lalu sebagian yang lain dibiarkan saja.
Otak
saya yang simple ini Cuma berpikir bahwa, kalau bukan orang – orang baik yang
mengambil peran bisa mengambil sebuah kebijakan, maka peran itu akan di ambil
oleh orang – orang jahat. Saya tidak bilang di partai lain tidak ada orang
baiknya...pasti ada. Tapi, bila sebuah/seorang yang baik berada dalam suatu
tempat/lingkungan yang lebih banyak orang jahatnya...maka dia akan tenggelam. Syukur
– syukur kalau ndak terikut.
Maka
itu saya memilih PKS, hingga detik ini. Apakah lalu saya beranggapan orang –
orang di PKS itu orang yang sempurna? Ooooh tentu tidak, saya sangat menyadari
bahwa orang – orang yg bergabung di PKS pun manusia biasa juga, tempat salah
dan khilaf. Lalu mengapa saya masih tetap bertahan? Karena saya melihat, di
balik ketidaksempurnaan mereka sebagai manusia, ada usaha – usaha keras dari
setiap individu untuk menjadi orang yang shalih/ah. Menolong tanpa pamrih,
menguatkan ibadah agar selalu di jaga sama Allah.
Orang
– orang yang PKS yang memegang jabatan/amanah (yang saya kenal langsung maupun
yang saya dapat ceritanya dari teman yang saya percayai kejujurannya) selalu
memperlihatkan sikap – sikap yang membuat saya percaya untuk menitipkan
aspirasi saya pada mereka.
Di
PKS juga di ajarkan untuk tidak Taqlid buta, diajarkan untuk tidak tunduk patuh
begitu saja tanpa logika. Namanya kumpulan manusia, pasti ada yang pernah
khilaf (termasuk saya). Kalau ada yang khilaf (atau di tuduh khilaf), mereka
segera mengundurkan diri...padahal belum tentu salah. Jadi, pantang buat kami
membela membabi buta.
Berjamaah
itu sulit...harus bisa menekan ego, belajar menerima hasil musyawarah, saling
tenggang rasa, belajar sabar. Tapi, sesungguhnya tidak berjamaah itu jauh lebih
berat.
Saya
akan tetap berada dalam barisan ini selama barisan ini tetap berada dalam
koridor yang benar. Saya juga sami’na wa ato’na dengan keputusan – keputusan qiyadah,
karena saya yakin, setiap keputusan yang mereka keluarkan sudah dengan
pertimbangan sangat matang, sudah dengan diskusi – diskusi panjang, dan
pastinya di barengi dengan sujud – sujud panjang meminta bantuan Allah. Saya yakin
akan hal itu.
Dan
saya bahagia berada dalam barisan ini...dengan segala dinamika rasa yang ada di
dalamnya. Semoga walaupun sedikit, saya masih dapat berkontribusi untuk umat
melalui jamaah ini.
Wallahualam bii showab
0 komentar:
Posting Komentar