Senin, 20 Maret 2017

Mengapa Saya memilih PKS


Mengapa P.K.S ?
Mengapa saya memilih bergabung di PKS? Tidak bisa di pungkiri, pertemanan sedikit banyak akan sangat mempengaruhi pendapat dan pilihan kita akan sesuatu.
Awalnya saya juga gak mau tuh mau tau soal – soal politik. Tapi, setelah ikut kajian kajian yang membahas soal keIslaman. Menyadari bahwa, Islam itu menyeluruh, semua hal ada panduannya, bahkan untuk yang remeh sekalipun. Jadi, kita ndak bisa Cuma ngambil sebagian, lalu sebagian yang lain dibiarkan saja.
Otak saya yang simple ini Cuma berpikir bahwa, kalau bukan orang – orang baik yang mengambil peran bisa mengambil sebuah kebijakan, maka peran itu akan di ambil oleh orang – orang jahat. Saya tidak bilang di partai lain tidak ada orang baiknya...pasti ada. Tapi, bila sebuah/seorang yang baik berada dalam suatu tempat/lingkungan yang lebih banyak orang jahatnya...maka dia akan tenggelam. Syukur – syukur kalau ndak terikut.
Maka itu saya memilih PKS, hingga detik ini. Apakah lalu saya beranggapan orang – orang di PKS itu orang yang sempurna? Ooooh tentu tidak, saya sangat menyadari bahwa orang – orang yg bergabung di PKS pun manusia biasa juga, tempat salah dan khilaf. Lalu mengapa saya masih tetap bertahan? Karena saya melihat, di balik ketidaksempurnaan mereka sebagai manusia, ada usaha – usaha keras dari setiap individu untuk menjadi orang yang shalih/ah. Menolong tanpa pamrih, menguatkan ibadah agar selalu di jaga sama Allah. 
Orang – orang yang PKS yang memegang jabatan/amanah (yang saya kenal langsung maupun yang saya dapat ceritanya dari teman yang saya percayai kejujurannya) selalu memperlihatkan sikap – sikap yang membuat saya percaya untuk menitipkan aspirasi saya pada mereka.
Di PKS juga di ajarkan untuk tidak Taqlid buta, diajarkan untuk tidak tunduk patuh begitu saja tanpa logika. Namanya kumpulan manusia, pasti ada yang pernah khilaf (termasuk saya). Kalau ada yang khilaf (atau di tuduh khilaf), mereka segera mengundurkan diri...padahal belum tentu salah. Jadi, pantang buat kami membela membabi buta.
Berjamaah itu sulit...harus bisa menekan ego, belajar menerima hasil musyawarah, saling tenggang rasa, belajar sabar. Tapi, sesungguhnya tidak berjamaah itu jauh lebih berat.
Saya akan tetap berada dalam barisan ini selama barisan ini tetap berada dalam koridor yang benar. Saya juga sami’na wa ato’na dengan keputusan – keputusan qiyadah, karena saya yakin, setiap keputusan yang mereka keluarkan sudah dengan pertimbangan sangat matang, sudah dengan diskusi – diskusi panjang, dan pastinya di barengi dengan sujud – sujud panjang meminta bantuan Allah. Saya yakin akan hal itu.
Dan saya bahagia berada dalam barisan ini...dengan segala dinamika rasa yang ada di dalamnya. Semoga walaupun sedikit, saya masih dapat berkontribusi untuk umat melalui jamaah ini.
Wallahualam bii showab

0 komentar:

Posting Komentar

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates