Banyak yang salah memahami
tentang hadits “Seseungguhnya Aku di sisi prasangka hambaKu kepadaKu”.
Ust. Salim A. Fillah
memberikan penjelasan tentang hal ini, meluruskan presepsi yang salah tentang
hadits ini. Semoga bermanfaat.
ALLAH
dan Prasangka Kita
Tentang hadits qudsi :Innii
‘inda zhanni ‘abdii bii, sesungguhnya Aku di sisi prasangka hambaKu kepadaKu.
Aku bersamanya ketika dia berdoa kepadaKu.”(HR At Tirmidzi).
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKU”;siapa merasa dirinya kotor dan meyakini Allah Maha Suci, niscaya Allah membersihkannya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa dirinya pendosa & meyakini Allah Maha Pengampun, niscaya
Allah memaafkannya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa rendah di hadapan Allah dan meyakini Allah Maha Tinggi, maka Allah
meluhurkannya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa dirinya hina dan meyakini Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa dirinya aib dan meyakini Allah Maha Sempurna, niscaya Allah memperindahnya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa dirinya lemah dan meyakini Allah Maha Kuat, niscaya Allah mengokohkannya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa dirinya bodoh dan meyakini Allah Maha Berilmu, niscaya Allah mengajarinya.
“Sesungguhnya Aku di sisi
prasangka hambaKu kepadaKu”;siapa merasa faqir di hadapan Allah dan meyakini Allah Maha Kaya, niscaya Allah
mencukupinya.
Wallahu
A’alam bish shawaab.
Agar kita tak memahaminya
sebagai, “Berprasangkalah sesuka kita, Allah akan patuh pada kita untuk
mewujudkan prasangka itu.”
Sungguh ini keliru.
Sebab bagian hadits
berikutnya “Aku bersamanya ketika dia berdoa kepadaKu”, menunjukkan kehambaanlah
yang kan mengundang kebersamaan dan pertolonganNya.
Agar kita memahami bahwa diri
kitalah, baru kemudian Allah, penentu dan pengubah nasibdiri. Sebab ini adalah
qadariyah dalam taqdir yang tercela di sisi Ahlus Sunnah
-Salim A. Fillah-
0 komentar:
Posting Komentar