Kamis, 15 Januari 2015

Terkejut

Mendengar berita yang mengejutkan tentang seseorang yang (pernah) saya kagumi. Dan sampai detik saya menuliskan ini, bahkan mungkin sampai kamu membaca tulisan ini....saya masih sulit percaya bahwa cerita yang saya dengar itu benarlah sosoknya. L

Saya mendengar namanya setahun sebelum saya masuk kuliah (saya masuk kuliah setahun setelah lulus SMA), teman saya ngerjain saya dengan mengatakan pada sosok itu bahwa saya kirim salam (waktu itu saya belum mengenal tarbiyah pun belum memakai jilbab). Takdir Allah saya di haruskan masuk ke fakultas pertanian, padahal awalnya saya ingin hukum atau ekonomi...tapi, karena ibu saya berharap ada salah satu anaknya masuk jurusan eksak (abang pertama di Fak.Hukum dan yg kedua di Fak. Ekonomi), jadilah saya masuk ke pertanian. Setelah tarbiyah, saya baru menyadari ini lah jalan Allah menuntun saya untuk mendapat hidayah. Waktu itu Fak. Pertanian Untan dikenal sebagai pesantrennya untan, karena banyaknya wanita – wanita berjilbab lebar di kampus ini.

Di sini lah saya akhirnya mengetahui sosok itu, yang selama ini saya tahu namanya saja. Ketika saya memilih pertanian, gak kepikiran tentang sosok itu (soalnya kan emang saya gak kenal, dan teman saya Cuma iseng). Akhirnya, tahu lah saya sosok yang selalu di sebut teman – teman saya itu.

Pertama kali saya melihat sosok tersebut, yang pertama terlintas di otak adalah “hmmmm...menarik” (saya masih belum tarbiyah saat itu), lalu agak tertarik karena sosoknya yang cool dan gak jelalatan, selalu menunduk tak berani menatap lawan jenis. Saya dan teman baik senang sekali mengganggunya dengan cara memanggilnya, begitu si sosok bertanya ada apa, kami dengan sangat santainya menjawab ‘gak ada apa2, iseng aja’. Sampai akhirnya saya dan teman saya tertarbiyah, saya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan si sosok kecuali jika ada keperluan.

Bertahun – tahun saya kuliah, berinteraksi di musholla kampus, berkomunikasi di departemen yang sama dalam sebuah organisasi dakwah membuat kekaguman saya bertambah.

Singkat cerita, tahun 2009 ketika saya sedang bekerja, salah seorang teman menelpon dan mengabarkan bahwa sosok itu akan menikah....apa reaksi saya? Saya menangis....saya menangis sejadi – jadi nya, saya patah hati. Sampai sahabat saya menelpon dan bercanda gak bisa saya tanggapi, sahabat saya terkejut, gak menyangka perasaan saya ternyata lebih dalam dari yang dikira (jangan kan dia, saya saja terkejut menyadari bahwa ternyata saya bukan lagi sekedar mengaguminya). Seharian saya menangis sepuas – puasnya, esok harinya saya singkirkan tangis saya, dan berkata pada diri sendiri ‘cukup sehari menangisnya, sudah takdir’. Akhirnya, saya melalui hari dengan merawat hati saya yg telah patah  agar kembali utuh. Setahun setelah itu, ketika hati saya sudah mulai utuh, saya mendengar kabar gembira dari si sosok dan istrinya, mereka di karuniai seorang anak. Aaaahh....ternyata hati saya belum sembuh betul, karena masih ada rasa nyeri di hati ketika mendengar kabar itu. Tapi tak sampai menangis, malah saya dan beberapa teman saya datang bersilaturahim. Selama bertamu ke rumah si sosok, bertemu istri dan melihat anaknya, rasa di hati saya berkecamuk...antara bahagia melihat mereka di karunia keturunan dan nelangsa melihat kebahagiaan mereka. Setelah itu lama saya tidak berjumpa lagi dengan si sosok, kalaupun terlihat Cuma dari jauh.

Hampir 4 tahun tak mendengar kabarnya, beberapa hari lalu saya mendengar berita yang sangat mengejutkan tentang si sosok. Berita yang sampai detik ini masih sangat sulit saya percaya.
Oh...saya tak lagi punya perasaan khusus untuk si sosok. Hati saya sudah pulih seutuhnya, tapi hal itu tak mengurangi rasa shock saya mendengar kabar mengejutkan itu.
Memang, sekitar 2 tahun lalu sahabat saya sempat bercerita tentang seorang ikhwan melakukan suatu kesalahan fatal, saat itu entah kenapa saya lalu menebak si sosok, tapi sahabat saya gak mau bilang. Sampai beberapa hari lalu, si sahabat keceplosan menyebut nama si sosok dan perbuatan memalukan dan hina yang si sosok lakukan. Saya shock mendengarnya,tiba2 kaki saya lemas. Saya benar – benar tak menyangka si sosok bisa melakukan hal sehina dan serendah itu.

Sampai saat ini pun, otak saya masih berusaha menyatukan 2 sosok yang bermain di dalam otak saya. Sosok pertama adalah si sosok ketika dia kuliah, ketika si sosok sangat menjaga pergaulan dengan lawan jenis, ketika jangan kan menyentuh, memandang mata saja tidak. Dan sosok kedua adalah si sosok yang diceritakan sahabat saya, sosok yang seperti tak lagi punya takut sama Allah, sosok yang bertolak belakang dengan sosok yang selama ini saya kenal.

Saya tak menyangka....benar – benar tak menyangka, si sosok bisa rusak separah itu, sepertinya tak ada ada lagi sisa – sisa tarbiyah selama ini.

Lalu saya membayangkan keluarga kecilnya....yang setahu saya sampai saat ini belum tahu tentang yang di lakukan si sosok. Oooh....betapa terlukanya si istri. Saya tak kenal baik dengan istrinya, hanya pernah beberapa kali bertemu dan saling bertegur sapa, sekedar basa basi. Tapi, entah kenapa saya bisa merasakan sakit nya, saya bisa merasakan terlukanya dia. Semoga engkau di berikan ketegaran, kesabaran serta keikhlasan luar biasa ya ukhti untuk menghadapi ujian ini.

Ya....kita tak pernah tak tahu sampai kapan hidayah ini tetap dalam hati, karena hati mudah sekali terbolak balik. Dan itu ketakutan terbesar saya, ketika Allah cabut dari hati sehingga tak ada lagi cahaya, sehingga tak adalagi rasa takut dan segan sama Allah.

Semoga Allah selalu menaungi kita dengan hidayahnya
Allahumma ya Muqalibal qulub, tsabit qalbi ‘ala dinnik
(Ya Allah, Engkau lah yang membolak balikkan hati. Tetap kan lah hati kami di AgamaMu)

Wallahualam bii shawab,
Dalam keterkejutan 15/01/2015

2 komentar:

  1. hm hm mungkin kmek kenal..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya ndak kenal lah mb...angkatannya di bawah mb. Dan orangnya dulu menjaga pandangan banget.

      Hapus

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates