Mendengar berita yang mengejutkan tentang
seseorang yang (pernah) saya kagumi.
Dan sampai detik saya menuliskan ini, bahkan mungkin sampai kamu membaca
tulisan ini....saya masih sulit percaya bahwa cerita yang saya dengar itu
benarlah sosoknya. L
Saya mendengar namanya setahun sebelum saya
masuk kuliah (saya masuk kuliah setahun setelah
lulus SMA), teman saya ngerjain saya dengan mengatakan pada sosok
itu bahwa saya kirim salam (waktu itu saya belum mengenal tarbiyah pun belum
memakai jilbab). Takdir Allah saya di haruskan masuk ke fakultas
pertanian, padahal awalnya saya ingin hukum atau ekonomi...tapi, karena ibu
saya berharap ada salah satu anaknya masuk jurusan eksak (abang pertama di
Fak.Hukum dan yg kedua di Fak. Ekonomi), jadilah saya masuk ke pertanian.
Setelah tarbiyah, saya baru menyadari ini lah jalan Allah menuntun saya untuk
mendapat hidayah. Waktu itu Fak. Pertanian Untan dikenal sebagai pesantrennya
untan, karena banyaknya wanita – wanita berjilbab lebar di kampus ini.
Di sini lah saya akhirnya mengetahui sosok
itu, yang selama ini saya tahu namanya saja. Ketika saya memilih pertanian, gak
kepikiran tentang sosok itu (soalnya kan emang
saya gak kenal, dan teman saya Cuma iseng). Akhirnya, tahu lah
saya sosok yang selalu di sebut teman – teman saya itu.
Pertama kali saya melihat sosok tersebut,
yang pertama terlintas di otak adalah “hmmmm...menarik” (saya masih belum tarbiyah saat itu), lalu agak
tertarik karena sosoknya yang cool dan gak jelalatan, selalu menunduk tak
berani menatap lawan jenis. Saya dan teman baik senang sekali mengganggunya
dengan cara memanggilnya, begitu si sosok bertanya ada apa, kami dengan sangat
santainya menjawab ‘gak ada apa2, iseng aja’. Sampai akhirnya saya dan teman
saya tertarbiyah, saya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan si sosok kecuali
jika ada keperluan.
Bertahun – tahun saya kuliah, berinteraksi di
musholla kampus, berkomunikasi di departemen yang sama dalam sebuah organisasi
dakwah membuat kekaguman saya bertambah.
Singkat cerita, tahun 2009 ketika saya sedang
bekerja, salah seorang teman menelpon dan mengabarkan bahwa sosok itu akan
menikah....apa reaksi saya? Saya menangis....saya menangis sejadi – jadi nya,
saya patah hati. Sampai sahabat saya menelpon dan bercanda gak bisa saya
tanggapi, sahabat saya terkejut, gak menyangka perasaan saya ternyata lebih
dalam dari yang dikira (jangan kan dia, saya saja
terkejut menyadari bahwa ternyata saya bukan lagi sekedar mengaguminya).
Seharian saya menangis sepuas – puasnya, esok harinya saya singkirkan tangis
saya, dan berkata pada diri sendiri ‘cukup sehari menangisnya, sudah
takdir’. Akhirnya, saya melalui hari dengan merawat hati saya yg
telah patah agar kembali utuh. Setahun
setelah itu, ketika hati saya sudah mulai utuh, saya mendengar kabar gembira
dari si sosok dan istrinya, mereka di karuniai seorang anak. Aaaahh....ternyata
hati saya belum sembuh betul, karena masih ada rasa nyeri di hati ketika
mendengar kabar itu. Tapi tak sampai menangis, malah saya dan beberapa teman
saya datang bersilaturahim. Selama bertamu ke rumah si sosok, bertemu istri dan
melihat anaknya, rasa di hati saya berkecamuk...antara bahagia melihat mereka
di karunia keturunan dan nelangsa melihat kebahagiaan mereka. Setelah itu lama
saya tidak berjumpa lagi dengan si sosok, kalaupun terlihat Cuma dari jauh.
Hampir 4 tahun tak mendengar kabarnya,
beberapa hari lalu saya mendengar berita yang sangat mengejutkan tentang si
sosok. Berita yang sampai detik ini masih sangat sulit saya percaya.
Oh...saya tak lagi punya perasaan khusus untuk
si sosok. Hati saya sudah pulih seutuhnya, tapi hal itu tak mengurangi rasa
shock saya mendengar kabar mengejutkan itu.
Memang, sekitar 2 tahun lalu sahabat saya
sempat bercerita tentang seorang ikhwan melakukan suatu kesalahan fatal, saat
itu entah kenapa saya lalu menebak si sosok, tapi sahabat saya gak mau bilang.
Sampai beberapa hari lalu, si sahabat keceplosan menyebut nama si sosok dan
perbuatan memalukan dan hina yang si sosok lakukan. Saya shock
mendengarnya,tiba2 kaki saya lemas. Saya benar – benar tak menyangka si sosok
bisa melakukan hal sehina dan serendah itu.
Sampai saat ini pun, otak saya masih berusaha
menyatukan 2 sosok yang bermain di dalam otak saya. Sosok pertama adalah si sosok
ketika dia kuliah, ketika si sosok sangat menjaga pergaulan dengan lawan jenis,
ketika jangan kan menyentuh, memandang mata saja tidak. Dan sosok kedua adalah
si sosok yang diceritakan sahabat saya, sosok yang seperti tak lagi punya takut
sama Allah, sosok yang bertolak belakang dengan sosok yang selama ini saya
kenal.
Saya tak menyangka....benar – benar tak
menyangka, si sosok bisa rusak separah itu, sepertinya tak ada ada lagi sisa –
sisa tarbiyah selama ini.
Lalu saya membayangkan keluarga
kecilnya....yang setahu saya sampai saat ini belum tahu tentang yang di lakukan
si sosok. Oooh....betapa terlukanya si istri. Saya tak kenal baik dengan
istrinya, hanya pernah beberapa kali bertemu dan saling bertegur sapa, sekedar
basa basi. Tapi, entah kenapa saya bisa merasakan sakit nya, saya bisa
merasakan terlukanya dia. Semoga engkau di berikan ketegaran, kesabaran serta
keikhlasan luar biasa ya ukhti untuk menghadapi ujian ini.
Ya....kita tak pernah tak tahu sampai kapan
hidayah ini tetap dalam hati, karena hati mudah sekali terbolak balik. Dan itu
ketakutan terbesar saya, ketika Allah cabut dari hati sehingga tak ada lagi
cahaya, sehingga tak adalagi rasa takut dan segan sama Allah.
Semoga Allah selalu menaungi kita dengan
hidayahnya
Allahumma ya Muqalibal qulub, tsabit qalbi
‘ala dinnik
(Ya Allah, Engkau lah yang membolak balikkan
hati. Tetap kan lah hati kami di AgamaMu)
Wallahualam bii shawab,
Dalam keterkejutan 15/01/2015
hm hm mungkin kmek kenal..
BalasHapusKayaknya ndak kenal lah mb...angkatannya di bawah mb. Dan orangnya dulu menjaga pandangan banget.
Hapus