Selasa, 11 Juni 2013

Resign Dari Dakwah : Menelisik Diri Untuk Berbenah (ust. Dwi Budiyanto)

Resign Dari Dakwah: Menelisik diri Untuk Berbenah
Ust. Dwi Budiyanto

Meninggalkan dakwah itu perkara gampang. Kita tinggal sedikit demi sedikit menjauhinya...
Tidak aktif lagi tanpa pemberitahuan...
Tidak merespon saat dihubungi...
Bersikap masa bodoh terhadap aktivasi...
Tidak datang saat diundang...
Sembunyi ketika di mobilisasi...
Intinya bersikap cuek dan masa bodoh saja.
Tenggelamkan dalam aktivitas yang memuaskan diri...
Dengan cara demikian, lambat laun kita akan meninggalkan (atau –barangkali lebih tepat- DITINGGALKAN dakwah). Gampang sekali. Tapi apa manfaatnya bagi kita mengambil sikap demikian?. Benar meninggalkan dakwah itu perkara yang mudah. Tapi saya sangat yakin, jauh lebih muda bagi Allah Ta’ala mencari pengganti yang jauh lebih baik daripada mereka yang memutuskan untuk ‘pensiun’ dari dakwah. Para pengganti itu akan menggerakkan dakwah jauh lebih ikhlas dan bersemangat. Ya, sangat mudah bagi Allah untuk melakukannya. Sangat mudah. Tidak ada sedikitpun kerugian bagi dakwah ketika seseorang resign darinya. Dakwah akan terus berjalan, ada atau tanpa kita.
Sekali lagi, kita bertanya, apa manfaatnya bagi hidup kita?. Dakwah memang tidak memberikan tumpukan harta. Bahkan bisa jadi kitalah yang menyisihkan dari yang Allah karuniakan pada kita untuk menggerakkan dakwah. Tapi disanalah kita menemukan makna yang indah. Kita terlibat dalam dakwah bukan untuk memperoleh harta berlimpah. Kita ingin mendapatkan keridlaan Allah, sehingga dengannya hidup kita bertabur barakah.
Sekiranya kita memilih masa bodoh dan ‘resign’ dari dakwah, sungguh ada satu hal yang dikhawatirkan: dicabutnya barakah dari hidup kita. Direnggutnya qanaah terhadap harta dari diri kita. Tiba – tiba saja kita berubah menjadi orang yang sangat ‘kemaruk’ dan rakus terhadap duniawi, secuil apapun ia. Lalu aktifitas dakwah ditinggalkan. Forum – forum pembinaan mulai ditinggalkan.
Sebagai gantinya, proyek2 materi menjadi lebih diutamakan. Dalam situasi demikian (kadang) seseorang masih merasa berkebajikan. Padahal yang dilakukannya tidak lebih dari aktifitas remeh yang disesaki oleh hasrat yang besar terhadap uang. Semakin dikejar, rasa puas tak akan pernah terpenuhi. Tiba – tiba juga kebutuhan tak bisa tercukupi, padahal pendapatan lebih banyak dari sebelumnya. Jika hal yang demikian terjadi, alangkah baik sekiranya kita berhenti sebentar. Menelisik kondisi diri. Jangan – jangan keberkahan itu telah dicerabut dari hidup kita. Na’udzubillahi min dzalik.
Setiap saat kita memang perlu menelisik diri,
jika ada benih – benih  bergesernya orientasi, mari diluruskan kembali
Saat kelesuan mulai tumbuh, segera pupus dengan semangat beramal.
Ketika kejenuhan mulai melanda, perlulah silaturahim agar ada penyegaran dan suntikan semangat membara.
Memperturutkan kelesuan dan kemalasan beraktifitas dakwah hanya mendatangkan situasi yang semakin berat. Lambat laun, seseorang berkeinginan ‘resign’ tanpa pamitan. Dalam situasi demikian, ia tidak menyadari bahwa ada yang berbeda dari cara berpikir, bahasa, dan juga bertindak. Mulailah ia bersikap seperti penumpang dan menanggalkan mental sopir yang bersemangat, pantang menyerah dan berkeluh kesah, berorientasi untuk mecari solusi, dan memilih untuk tidak menghujat dan menghakimi.
Saking mudahnya meninggalkan dakwah, alasan apapun bisa dikemukakan. Seseorang dapat mengelabui Murabbi atau qiyadah dakwah dengan alasan yang tampak masuk akal: bisnis, kerja, urusan keluarga, atau apapun (Qs. Al Fath : 11 dan AlAhzab : 13). Tapi sungguh Allah yang paling tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam diri kita. Apakah alasan – alasan itu benar adanya, ataukah muncul dari kelemahan diri dan hasrat kuat untuk menghindar dari amanah.. lagi – lagi kita memang perlu banyak menelisik diri.
Jika hari – hari ini kita mulai tampak lesu dan tidak bergairah di jalan dakwah, forum – forum pembinaan terasa gampang ditinggalkan, kontribusi yang mesti diberikan juga terasa berat ditunaikan, kerinduan bertemu ikhwah tergantikan dengan hasrat kuat untuk mengejar duniawi, atau teramat nyinyir dan antipati memandang dakwah serta komunitas kebaikan lainnya, rasa – rasanya kitalah yang lebih butuh untuk menerima banyak nasihat dibandingkan orang lain. Sungguh, tak ada manfaat yang dapat diperoleh dari meninggalkan dakwah, kecuali hidup yang tercerabut dari memperoleh barakah.
Hari – hari ini ketika waktu istirahat bagi sejumlah ikhwah terasa amat singkat, kita sungguh merasa malu. Sebagian kita masih bersantai – santai, bahkan membiarkan diri dalam lalai. Ya, ada banyak diantara kita, termasuk saya yang lebih butuh nasehat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates