Rabu, 14 Maret 2018

Hoax, jempol gatal dan kekhawatiran yang berlebihan


Di zaman yang sudah semakin canggih ini, smartphone bukan lagi barang mewah, tapi sebuah kebutuhan. Tapi, sayangnya kemajuan teknologi yang digunakan tidak disertai dengan pemakaian yang bijak. Salah satu contohnya adalah penyebaran berita hoax yang sangat cepat, lebih cepat dari pada klarifikasinya kemudian (kalau mereka mau klarifikasi sih)

Di tengah arus informasi yang mengalir deras di zaman gadget seperti sekarang ini. Bijak dalam menyebarkan informasi yang kita dapat sangat diperlukan. Ketika mendapat sebuah informasi dari siapapun itu, hendaknya di cek dan ricek dulu, apakah informasi yang diterima dapat dipertanggungjawabkan. Sebaiknya tidak asal share.. karena lebih susah membendung sesuatu yang sudah terlebih dahulu keluar.
Seperti berita tentang telur palsu yang beberapa saat ini kembali marak. Yang banyak di share sama orang – orang yang merasa tahu hanya dengan menonton video atau membaca info yang entah dari mana sumbernya. Dan penyakit nya kita ini kebanyakan sering ngeyel-an kalau di kasih tahu. Mudah menyebarkan info yang tidak benar, tapi malas mengklarifikasi.

Sejujurnya waktu awal – awal berita tentang telur palsu beredar, saya sempat merasa khawatir juga. Tapi memutuskan untuk tidak share apapun terlebih dahulu, dan memilih untuk mencari tahu terlebih dahulu dari teman – teman yang saya percaya. Saya memang punya prinsip, untuk lebih berhati – hati dalam menyebarkan info di socmed. Bila mendapatkan sebuah berita, Akan saya cari dulu, apakah berita yang saya terima dapat di pertanggungjawabkan, dan apakah yang men-share berita tersebut dapat dipercaya. Kalau dua – duanya tidak terpenuhi, saya memilih untuk tidak menyebarkan. Sambil mencari tentang ke-valida- berita. Jika sudah yakin dengan ke-valid-nya , maka barulah berita itu saya sebar.

Berita tentang hoax bukan hanya tentang telur palsu sih. Tentang Vaksin jauh lebih banyak berita hoaxnya dan sayangnya banyak pula yang percaya…. Hingga lah cakupan imunisasi menjadi rendah, yang menyebabkan penyakit (yang sebenarnya sudah tidak ada lagi karena dicegah dengan vaksin) akhirnya kembali muncul lagi. #intermezzodikit

Sebagai pengguna socmed yang sangat aktif (khususnya FB dan Instagram) saya sangat berhati – hati untuk menerima permintaan pertemanan (karena berkaitan dengan apa yang nantinya muncul di beranda socmed saya), dan saya juga (berusaha) untuk berhati – hati dengan status yang saya tulis atau share di socmed saya. Jikalah infonya belum dapat saya cek tentang ke-valid-annya, maka saya memilih untuk menahan jempol saya. Bukankah status – status kita nantinya juga akan dipertanggungjawabkan ?. 

Khawatir boleh, tapi jangan sampai grasak grusuk dan gatal jempol, sehingga semua info yang di dapat, tanpa cek dan ricek langsung di share.

Zaman sekarang ini, memang bukan hanya mulut saja yang harus dijaga. Jempol juga sebaiknya diajarin untuk sabar dan gak gatal menyebarkan berita yang belum jelas ke-valid-annya.

Terakhir…semoga yang terdampar membaca tulisan ini juga adalah orang – orang yang senantiasa bijak dalam menggunakan socmed. Berpikir ribuan kali bila akan membagikan berita.

oh iya kalau masih ada yang ragu, galau bin resah dengan video telur palsu, walaupun udah di bantah ya bo', bahwa itu bukan telur palsu (orang bah suke nak mandai - mandai). ini saya sertakan link FB dari dokter hewan, yang sangat berkompeten menjawab masalah itu. baca sampai ke komen - komennya ya. ada bantahan tentang video yang beredar. mari rajin membaca info yang valid *wink

Link Bantahan telur palsu dari dokter hewan 

0 komentar:

Posting Komentar

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates