Minggu, 26 November 2017

Sudah siap?

Sudah siap?
Banyak yang bertanya:
Apa kriteria siap menikah?

Ini jawaban versi pak cah.

10 pertanyaan ukur kesiapan menikah.
By. Cahyadi Takariawan

Saya sering menuliskan, bahwa persiapan sebelum menikah itu meliputi persiapan spiritual, persiapan  mental, persiapan konsepsional, persiapan material, persiapan fisik dan persiapan sosial. Namun bukan hanya enam jenis persiapan itu yang diperlukan, para bujangwan dan bujangwati masih perlu merenung dan memikirkan masak-masak seperti apa kondisi orang setelah menikah.

Coba bayangkan beberapa hal yang terjadi setelah menikah berikut ini, dan tanyakan kepada diri sendiri apakah anda sudah siap untuk menghadapinya.

1. Apakah Anda Siap Melepas Kebebasan?

Salah satu hal yang sangat berbeda antara lajang dengan orang yang sudah berumah tangga adalah dalam  hal kebebasan. Saat masih lajang, anda bebas melakukan apa saja. Anda bebas makan dimana, jam  berapa, menunya apa. Semua terserah anda. Anda bebas mau mandi atau tidak mandi, mau mandi jam berapa, berapa kali sehari atau berapa kali sepekan, semua terserah anda.

Setelah menikah, anda tidak lagi memiliki kebebasan itu. Semua kebebasan anda itu hilang, karena anda memasuki kawasan bertanggung jawab. Anda harus menenggang perasaan pasangan anda atas semua perilaku, kebiasaan hidup, tutur kata, bahkan mimik wajah atau bahasa tubuh anda. Anda tidak bisa bersikap semau sendiri, karena anda harus membahagiakan pasangan.

2. Apakah Anda Siap Berbagi dalam Semua Hal?

Dulu anda naik motor atau mobil sendiri, kini anda harus berbagi. Dulu anda asyik ngenet sendiri, kini ada pasangan yang bisa mencemburui. Dulu anda bisa keluar malam sendiri, kini anda tidak bisa bebas lagi. Dulu anda bisa makan ke warung bakso sendiri, kini anda tidak bisa semau sendiri. Dulu anda mau tidur  dan bangun jam berapapun dengan bebas, kini anda tidak bebas lagi. Ini semua karena anda harus berbagi dengan pasangan dalam sangat banyak hal.

3. Apakah Anda Siap Menaiki “Roller Coaster” Kehidupan?

Hidup berumah tangga itu ada kemiripannya dengan menaiki roller coaster. Jika anda naik roller coaster, akan melewati saat yang wajar dan biasa saja, ada saat ketegangan, ada saat histeria, ada pula antiklimaks  berupa kelegaan. Akan ada banyak sekali suka dan duka yang akan dijumpai dalam kehidupan pernikahan. Tapi kebersamaan yang kuat antara suami istri akan menjadikan mudah melewati semua bentuk krisis atau masalah.

4. Apakah Anda Siap Terkejut Karena Menemukan Hal Baru dari Pasangan?

Sahabat muda, sebelum menikah, apalagi bagi mereka yang melewati masa pacaran, bisa jadi anda merasa telah mengenal banyak hal dari pasangan. Orang pacaran lebih banyak menampilkan kebohongan demi menyenangkan pasangan. Maka anda akan menemukan banyak sekali hal baru setelah menikah dan hidup berdua bersama pasangan. Hal-hal yang menjadi jati diri pasangan yang sesungguhnya.

Apalagi bagi pasangan yang tidak melewati masa pacaran, hanya berbekal masa ta’aruf secara Islami untuk menjaga hati. Pengenalan tentu tidak mendalam, karena lebih banyak sisi kesamaan visi dan keyakinan akan kebaikan calon pasangan. Maka setelah menikah, setiap hari adalah hari baru untuk lebih banyak tahu tentang kondisi pasangan. Anda akan terus dikejutkan dengan banyak hal baru dari pasangan yang belum pernah anda ketahui sebelumnya. Maka bersiaplah menghadapi hari-hari penuh kejutan itu.

5. Apakah Anda Siap Melihat Sisi Paling Jelek dari Pasangan?

Sebelum menikah, anda hanya menemukan pasangan anda dalam kondisi wangi dan sudah berdandan rapi. Anda tidak pernah menjumpainya dalam keadaan acak-acakan, karena selalu ada persiapan sebelum pertemuan sebelum menikah. Kini setelah menikah, anda bertemu setiap saat. Tidak ada waktu untuk bersiap diri, karena anda selalu berada bersama pasangan setiap saat. Semua bau-bauan yang muncul dari tubuh anda, semua bunyi-bunyian yang muncul dari tubuh anda, tidak bisa lagi anda rahasiakan dari pasangan.

Maka anda harus siap menerima kondisi pasangan dari sisi yang paling jelek sekalipun. Sebagaimana anda harus siap dilihat oleh pasangan dari sisi yang paling jelek. Tapi justru itulah yang menjadi bumbu pernikahan Anda.

6. Apakah Anda Siap Bertemu Setiap Saat?

Dalam kehidupan berumah tangga, keintiman harus terus ditingkatkan dengan melakukan variasi setiap harinya. Jika kesibukan dan rutinitas kegiatan setiaphari membuat anda merasa jenuh, maka setidaknya luangkan waktu sekali dalam seminggu atau sebulan untuk menghabiskan waktu berdua saja untuk melakukan refreshing.

Siap bertemu setiap saat dengan pasangan? Yakin, anda tidak bosan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

7. Apakah Anda Siap Menyelesaikan Masalah Secara Bersama?

Sahabat muda, saat masih lajang, anda berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Sekarang setelah menikah, anda harus menyelesaikan masalah bersama dengan pasangan. Karena anda berdua menjadi bagian yang utuh dan tak terpisahkan satu dengan yang lain, maka masalah anda akan berpengaruh terhadap pasangan dan masalah pasangan pun akan berpengaruh terhadap anda. Untuk itulah anda berdua harus sharing untuk mendialogkan permasalahan yang anda hadapi. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan pernikahan. Kegagalan komunikasi sering menjadi faktor yang sangat vital dalam menimbulkan konflik dan pertengkaran suami istri.

8. Apakah Anda Siap Menemukan Tujuan Paling Hakiki dari Pernikahan?

Tujuan menikah bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan seksual atau karena sudah waktunya menikah. Setelah menikah, anda akan menemukan makna dan tujuan pernikahan secara lebih nyata, bukan dalam dataran teori ataupun wacana. Ketika tujuan itu sudah ditemukan, maka pondasi pernikahan anda akan semakin kuat setiap waktunya.

9. Apakah Anda Siap Menghadapi Kerepotan Mengurus Anak?

Setelah menikah, anda akan segera menyambut kehadiran bayi mungil, buah cinta anda berdua. Anda harus siap berbagi untuk mengurus bayi yang bisa menguras tenaga  dan perhatian anda. Keintiman anda sebagai suami istri menjadi “terganggu” oleh kerepotan mengurus bayi.

10. Apakah Anda Siap Terikat oleh Hak dan Kewajiban?

Sebelum menikah, anda adalah makhluk bebas merdeka. Sebagai orang dewasa, anda sudah tidak terlalu diikat oleh orang tua, namun belum memiliki beban kehidupan. Setelah menikah, semua segera berubah. Anda terikat dengan hak dan kewajiban bersama pasangan. Setelah muncul anak, bertambah lagi beban dan kewajiban itu.

Sahabat muda, pikirkan dan renungkan lagi, sudah siapkah anda dengan itu semuanya? Jika anda sudah siap, maka itu bagian dari pertanda kesiapan anda memasuki kehidupan pernikahan. Selamat memasuki kehidupan pernikahan yang penuh keindahan dan keajaiban.

Nah, udah baca kan 10 kriteria Siap menikah dari Pak Cah di atas? Kalau belum, boleh di baca dulu. Kalau udah, mari kita berpikir dan bertanya pada masing – masing diri kita.

Benarkah kita sudah siap untuk menikah ?  *jangan keburu – buru menjawabnya ya*
Kalau saya.... setelah membaca 10 kriteria itu, kemudian bertanya pada diri, meresapi, lalu berpikir... sepertinya kesiapan saya untuk memasuki dunia pernikahan dengan segala lika likunya, sepertinya tak lebih dari 65% (ya walaupun penilaian sungguh sangat subjektif). 10 kriteria itu membuat saya bertanya pada diri, sudah sanggup kah saya berbagi hidup, berbagi semua hal, melepaskan sebagian bahkan mungkin seluruh kebebasan saya, meninggalkan semua yang dari lahir melekat dihidup saya untuk kemudian hidup bersama dengan seorang laki – laki yang kemungkinan besar baru saya kenal.
Pertanyaan itu terus menggelayut dalam pikiran saya, bersamaan dengan logika saya yang mencoba menetralkan pikiran – pikiran yang negatif tentang suatu pernikahan.

Berkali – kali saya membaca 10 kriteria, sambil terus berusaha menjawab sendiri pertanyaan – pertanyaan yang bermain – main dalam pikiran saya. Saya ingin menikah, sangat ingin menikah. Tapi INGIN dan SIAP adalah 2 hal yang berbeda.
Saya harus mengkaji diri saya sendiri, apakah keinginan menikah itu, memang sudah sejalan dengan kesiapan?apakah ilmu – ilmu tentang pernikahan sudah cukup mumpuni sebagai panduan dalam menjalani Rumah Tangga nantinya.
Saya tidak ingin menikah karena desakan umur, tapi di satu sisi, tidak bisa saya pungkiri, umur yang terus bertambah, harapan dari orang tua, membuat saya berpikir menikah untuk saya bukanlah lagi hanya sekedar sebagai sebuah keinginan, tapi sebuah kebutuhan. Kebutuhan membahagiakan orang tua.
Bahkan, hal itu pun masih harus membuat saya berpikir. Tepatkah alasan saya itu? Iya, saya ingin sekali mewujudkan keinginan kedua orang tua saya.  Tapi, cukupkah alasan itu sebagai alasan saya untuk menikah.
saya masih punya waktu untuk berpikir tentang ini, karena tanda – tanda jodoh mendekat juga belum ada. Semoga ketika sang jodoh datang, saya sudah siap. Aamiin....

0 komentar:

Posting Komentar

 

MyHistory Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates